Jumat, 23 Januari 2015

Penyebab pemerintah menaikkan harga BBM

          Kenaikan harga dunia menjadi alasan utama keputusan pemerintah menaikkan harga bbm . Tanpa kenaikan harga, defisit APBN akan bertambah besar, demikian pula dengan defisit neraca perdagangan karena Indonesia telah menjadi importir neto minyak. Berbeda dengan tahun 2005 dan 2008, kenaikan subsidi saat ini tidak hanya disebabkan oleh kenaikan harga dunia, tetapi juga melonjaknya konsumsi BBM bersubsidi. Namun, di sisi lain, jika kenaikan harga minyak dunia tahun 2005 dan 2008 diikuti dengan gejolak perekonomian—yakni depresiasi rupiah, kenaikan suku bunga dan inflasi—pada 2012 hal tersebut tidak terjadi. Mengurangi volume konsumsi BBM tanpa kenaikan harga harus dilakukan dengan menyediakan alternatif yang lebih murah dan aman. Langkah ini tidak mudah dan tidak cepat dilakukan. Sebaliknya, sudah banyak studi yang membuktikan bahwa kenaikan harga BBM akan diikuti dengan penurunan konsumsi BBM.
Duduk permasalahan terkait rencana kenaikan harga BBM ini sudah cukup jelas, yaitu terus meningkatnya harga minyak internasional. Asumsi harga minyak pada UU APBN 2012 adalah USD 90/barel, sementara harga WTIcrude oil per 27 Maret kemarin sudah melonjak hingga sekitar USD 107/barel. Hal ini berdampak pada peningkatan beban untuk subsidi pada fostur APBN, yang menurut pemerintah, dapat meningkatkan defisit anggaran sebesar 1% dari 2.2% menjadi 3.2%. Tentunya hal ini akan berdampak pada peningkatan dana tambahan untuk menambal defisit tersebut, yang pastinya akan dibiayai oleh utang. Terkait kenaikan harga minyak dunia tersebut, pada pembahasan APBN-P 2012 pemerintah juga hendak menaikkan asumsi harga minyak menjadi USD 105/barel.

Apakah pengaruh kenaikan BBM terhadap kondisi sosial rakyat Indonesia?

Kemudian terkait dengan dampak sosial adalah adanya anggapan bahwa Pemerintah hanya mementingkan kepentingan kelompok asing dan golongan kaya yang hanya mencari keuntungan bahkan aspek sosial yang selama ini terabaikan seperti fasilitas jalan raya yang banyak berlubang, bangunan sekolah banyak yang rusak, belum lagi persoalan sampah yang menumpuk tidak dikelola mengancam kesehatan. Lambannya peran Pemerintah mengatasi aspek sosial ini akan menyulitkan pengambilan keputusan terkait kebijakan yang akan dibuat sehingga nantinya akan menjadi tidak optimal secara keseluruhannya. Ditinjau secara menyeluruh bahwa kehidupan masyarakat di kota dan daerah berbeda sehingga peran Pemerintah Pusat dan Daerah diharapkan dapat bersinergi dengan kondisi sosial yang nampak saat ini.

Dampak Yang Ditimbulkan Dari Kenaikan Harga BBM Khususnya Bagi Masyarakat Kecil

            Dampak psikologis dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan kenaikan harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika isu kenaikan harga BBM mulai terdengar. 
Perilaku kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah terjadi kenaikan harga beberapa jenis BBM seperti premium (bensin pompa), solar, dan minyak tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan naiknya premium sebagai bahan bakar transportasi akan menyebabkan naiknya tarif angkutan. Dengan kenaikan tarif angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi tersebut dalam distribusi barangnya ke pasar. Demikian pula dengan harga solar yang mengalami kenaikan juga akan menyebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dalam proses produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya. Begitu seterusnya, efek menjalar (contagion effect) kenaikan harga BBM terus mendongkrak biaya produksi dan operasional seluruh jenis barang yang menggunakan BBM sebagai salah satu input produksinya yang pada akhirnya beban produksi tersebut dialihkan ke harga produk yang dihasilkannya.

Dampak Penurunan Harga BBM 
Kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM, elpiji dan semen merupakan hal yang perlu mendapatkan apresiasi dari semua pihak. Kebijakan itu menunjukkan adanya keinginan pemerintah mensejahterahkan rakyatnya.
Namun, akan lebih baik lagi jika penurunan harga BBM itu juga diikuti oleh penurunan pada sektor lainnya, seperti ongkos transportasi dan harga bahan kebutuhan pokok.
Ongkos transportasi dan harga bahan kebutuhan pokok langsung melonjak ketika pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM  tangal 18 Nopember 2014.
Namun ketika harga BBM diturunkan pada awal Januari, ongkos transportasi dan harga bahan pangan belum menunjukkan keselarasannya dengan harga BBM.
Banyak alasan yang dilontarkan pengusaha angkutan. Misalnya, harga BBM hanya memiliki porsi 20 % dari seluruh faktor penentu tarif angkutan. Selain BBM, ada juga pengaruh dari suku cadang, biaya operasional, serta investasi.
Begitu juga dengan harga bahan kebutuhan pokok, belum ada penurunan harga  yang signifikan selaras dengan penurunan harga BBM. Bahkan untuk sejumlah komoditas tertentu, harganya masih belum bergerak turun.
Asosiasi yang menaungi pelaku usaha juga sudah menyatakan pesimismenya bagi terjadinya penurunan harga bahan kebutuhan pokok secara cepat. Asosiasi itu  tak bisa memaksa para anggotanya untuk serta merta menurunkan harga jual produknya. Pasalnya, BBM bukan satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan harga jual produk.
Kondisi ini tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah, Upaya menurunkan harga bahan kebutuhan pokok harus jadi fokus pemerintah. Pemerintah harus membuat terobosan baru , bukan sekadar menaik-turunkan harga BBM.


Know us

Contact us

Nama

Email *

Pesan *